Hitam Putih Dikotomi Kendali



Jika
dikotomi kendali bagaikan hitam dan putih. Lalu apa gunanya kerja keras berusaha dan memanjatkan doa

William Irvine dalam bukunya mengembangkan konsep dikotomi kendali menjadi trikotomi kendali. Pertama, ada hal-hal di dunia ini yang sepenuhnya berada dalam kendali diri seperti persepsi, perasaan, ucapan dan tindakan. Kedua, yang sepenuhnya di luar kendali seperti cuaca, kematian, kelahiran dan lain-lain. Namun, ada hal yang diluar kendali tapi kita bisa kontrol sebagian. Sebagaimana seorang pemanah. Bisa mengupayakan hal yang di dalam kendalinya agar bisa membidik sesuai target, seperti memilih anak panah terbaik dan berlatih dengan giat. Lalu, setelah melakukan upayta-upaya itu, apakah lantas bidikan akan selalu tepat? Belum tentu, karena ada faktor lain di sekitarnya yang di luar kedali kita, kita tak bisa memprediksi angin dan faktor lain yang bisa jadi membelokan anak panah

Contohna lagi, sebagaimana saat kita menjalani ujian skripsi. Kita bisa mempersiapkan segala bahan materinya yang akan dipresentasikan dan menjaga kesehatan tubuh kita agar bisa presentasi secara maksimal. Tetapi, saat pelaksanaan kita tidak bisa memprediksi hal lain seperti 'apakah listrik akan mendukung? Apakah mood dosen penguji sedang baik? Itulah yang diluar kendali kita.

Semua tentang hasil yang kita upayakan adalah varibel yang di luar kendali. Kita hanya bisa mengoptimalkan usaha terbaik versi diri sendiri, menyederhanakan ekspektasi dan memahami bahwa ada hal yang tak bisa dikendalikan yang perlu diterima dengan kesadaran. Dalam hidup ini kita hanya bisa doing the best not being the best, whaterver will be will be.   

Oleh karena itu, kita perlu membiasakan untuk membedakan perkara yang ada dalam kendali kita, di luar kendali dan bisa sebagaian kita kendalikan. Agar bisa melihatnya dengan lebih objektif, mencari solusi yang membuat diri kita menjalani hidup ini lebih tenang dan dan mencari solusi terbaik dalam setiap permasalahan, tidak menghakimi dan dapat secara utuh memahami apa yang terjadi.

Dengan semua fenomena yang terjadi, yang kerap kali tidak bisa kita prediksi apalagi dikendalikan, ini menunjukan kita hanyalah sebagian makhluk kecil di semesta-Nya yang luas, salah satu makhluk bodoh diantara Pengetahuan-Nya yang tak terbatas. Dan menunjukan bahwa eksistensi Tuhan itu di depan mata.


Tuhan berikanlah aku ketenangan untuk menerima hal yang tak bisa aku ubah. Keberanian unrtk mengubah hal yang bisa aku ubah. Kebijaksanaan dalam mengetahui keduanya.

—Reinhold Neibuhr

Posting Komentar

0 Komentar