(Holistic Healing Journey dari Ujian Keguguran)
15 Agustus 2022, menjadi momentum yang membuat perasaan dan pikiranku ambivalen. Bahagia, sedih, terharu, takut, bingung, rasanya begitu campur aduk, hari itu adalah hari pertama aku mengetahui bahwa aku sedang mengandung sebuah janin. Seperti menemukan jawaban atas doa kami selama ini, karena setelah 6 bulan menikah kami berikhtiar, kami belum juga diberikan amanah, sehingga berminggu-minggu hanya berputar pada kebingungan. "Kenapa ya aku gak hamil-hamil?", "Ada masalah gak ya sama organ reproduksi kita?". Namun, 2 bulan terakhir setelah pasrah dan berencana di akhir tahun akan berikhtiar ke dokter untuk memeriksa kondisi kesehatan reproduksi kami, Allah memberi jawaban dengan kehamilanku di hari itu.
Menjalani kehamilan pertama
ternyata tidak mudah, sebagaimana beradaptasi dari seorang perempuan lajang
yang akhirnya menjadi istri. Kehamilan pertamaku memang tidak direncanakan,
karena saat itu kami sudah berada di fase pasrah dan tak berharap apa-apa.
Kondisi itu yang akhirnya mungkin mempengaruhi kondisi mentalku yang masih belum siap
menghadapinya. Awal menjalani kehamilan bertepatan dengan fase depresiku datang
menjadikan waktu terasa berlangsung lebih panjang. Ketidakstabilan mentalku
saat itu, menjadikan kondisi fisikku melemah, mood sangat naik turun dan tidak
bergairah melakukan apapun. Di titik itu aku sangat bersyukur Allah masih
membersamaiku dengan menitipkan suami yang begitu mengerti dan Dia kuatkan kami
untuk menjalaninya bersama.
Setelah melalui 2 bulan
kehamilan, kondisi mentalku sudah berangsur stabil dan mulai menerima setiap
emosi yang kurasakan. Aku sudah mulai beraktivitas sebagaimana biasanya,
kembali rutin mempelajari parenting terutama ilmu menjalani kehamilan dan mulai kembali memperbaiki pola makanku karena beberapa waktu tidak
bergairah untuk sekadar memasak makanan sehat. Meski di titik itu ada perasaan bersalah
yang cukup besar karena aku menyadari beberapa waktu lalu banyak kesia-sian
yang kulakukan dan aku tidak benar-benar menjaga pola makanku dengan maksimal.
Tepat memasuki bulan ketiga,
kami berencana untuk melakukan USG. 2 hari sebelum USG, pada malam hari
tiba-tiba keluar flek tanpa aku merasakan tanda atau sakit apapun sebelumnya. Akhirnya keesokan
harinya kami memutuskan untuk langsung melakukan USG. Sesampai di dokter dan
melakukan USG, dokter menyatakan bahwa janinku tidak berkembang setelah usia 8
minggu 5 hari. Aku terdiam dan tidak bisa mendefinisikan perasaanku. Sedih,
bingung, tidak menyangka, ambivalen lagi. Aku tak banyak bertanya, dokter hanya
berkata bahwa keguguran pada kehamilan muda sudah banyak terjadi, penyebabnya
sangat random dan kemungkinan besar dari sejak awal pembentukan zigot yang
tidak sempurna. Lalu dokter berkata, "Sudah langsung kuret aja ya,
soalnya takutnya kamu jadi trauma kalau nunggu keguguran alami, khawatir juga
kalo pendarahan hebat bisa anemia." Suamiku yang selanjutnya mengobrol
dengan dokter dan aku hanya terdiam.
Setelah pulang dari dokter,
aku masih menyempatkan ingin membeli sate padang dan es krim. Aku merasakan
keanehan, aku merasa sedih namun tidak sangat sedih. Selama perjalanan
tiba-tiba dibenakku teringat beberapa kalimat yang disampaikan pada saat
webinar dan kajian di video YouTube oleh beberapa dokter dan ustadz mengenai
keguguran. Yap! aku ingat betul di usia kehamilanku 8 minggu 3 hari tiba-tiba
algoritma YouTube-ku berubah dari awalnya topik kehamilan menjadi keguguran.
Saat itu aku tidak merasa aneh, menonton dengan santainya. "Keguguran
adalah kekuasaan-Nya yang luar biasa, karena itu adalah cara Allah memberi tahu
bahwa janin ini jika dibiarkan berkembang akan menyebabkan kecacatan. Allah
memberikan kamu ujian keguguran karena Allah memberi kamu kekuatan untuk
menerima itu, namun belum tentu kamu bisa menerima ketika anak yang dilahirkan
dengan cacat fisik, mental atau spiritualnya.", itulah kalimat yang
terus berputar dibenakku. Pikiran itu membuat perasaanku sangat tenang. Di
titik ini aku merasakan kuasa dan skenario indah-Nya, aku yang sangat rentan
akan kehilangan tetapi di titik itu Allah titipkan ketenangan dan kekuatan yang
menjadikan aku berproses menerima takdir-Nya.
Keesokan harinya suamiku
dengan sigap segera mengurus BPJS-ku untuk mempersiapkan proses kuretaseku. Qadarullah,
proses BPJS berjalan dengan rumit dan banyak halangan. Namun lagi-lagi, aku
tidak khawatir dan merasa santai, meskipun saat itu aku sudah merasakan mulas
dan kontraksi pada rahimku. Ibu mertuaku menyarankan kami untuk daftar tanpa
BPJS ke rumah sakit yang lebih murah. Karena di rumah sakit rujukan pertama
memang cukup mahal bagi kami.
Setelah diberi saran oleh ibu
mertua, sehari setelahnya kami berencana akan ke rumah sakit yang berbeda,
namun ntah mengapa hari itu aku malah sangat ingin ke bioskop wkwk.
Dan di sinilah aku lagi-lagi melihat Kuasa-Nya. Saat pertengahan menonton
bioskop aku merasakan kontraksi yang sangat hebat, darah keluar kencang dan aku
segera menuju ke kamar mandi. Saat kontraksi, aku teringat latihan pernafasan proses kelahiran yang kupelajari sebulan sebelumnya. Aku mempraktikannya dan qadarullah
janinku keluar dengan mudah. Aku melihat dan memegangnya langsung. Aku merasa
begitu lega, meski itu terasa sangat lucu karena kejadiannya di kamar mandi
bioskop wkwk. Aku kembali ke kursi teater dan merasa lemas, aku hanya minum air
mineral dan kondisiku perlahan membaik sembari tetap menikmati film hahaha.
Sesampai di rumah, kami
menceritakan kepada orang tuaku. Mereka shock, terkejut bukan karena
janinnya keluar secara alami tetapi karena melihat kondisiku yang masih bisa
jalan, naik turun tangga dan mandi seperti biasanya setelah mengeluarkan janin.
Kata mereka, proses keguguran alami itu sama saja dengan melahirkan normal, ada
lemasnya, sakitnya dan butuh bedrest. Ntahlah, aku merasa biasa
saja, aku bahkan langsung merebus air jahe dan kunyit untuk membuat rahimku
lebih nyaman. Lalu, aku browsing mengenai keguguran, ternyata memang
benar keguguran di usia kehamilan kurang dari 10 minggu masih bisa dikeluarkan
secara alami atau dengan bantuan obat, tanpa kuretase. Namun, saat ini banyak
yang memilih jalan kuretase karena banyak kasus para ibu yang akhirnya trauma
setelah melihat janinnya keluar dan mengalami pendarahan hebat hingga anemia
karena secara mental belum siap, begitu kata dokter.
Beberapa hari setelahnya aku
dan suami pergi ke dokter kandungan yang berbeda untuk mengecek kondisi rahimku
setelah keguguran alami. Suami menyampaikan bahwa janinku sudah keluar dan
memperlihatkan foto janin yang aku ambil. Dokter bilang, "Oh iya itu mah
udah keluar semua janinnya." melihat fotonya lalu bertanya padaku dengan
sedikit kaget, "Kamu kok bisa ngeluarin janin sendiri, itu kan mules
banget pasti." Aku hanya tersenyum dan menjawab, "Rasanya sama aja kaya mules haid biasanya, Dok."
Setelah di USG kedua ternyata
kondisi rahimku sudah cukup bersih hanya ada sedikit lagi jaringan yang
tertinggal. Dokter menyarankan aku untuk menunggunya satu minggu namun jika
tidak keluar perlu tetap dikuretase. Suamiku bertanya dan meminta barangkali
dokter bisa meresepkan obat untuk mempercepat pengeluaran jaringan tertinggal
dan pemulihan. Namun dokter tidak meresepkan apapun, malah bertanya, "Kamu
suka minum rempah ya?", aku jawab, "Iya dok, kunyit dan jahe.",
"Yaudah, lanjutkan bagus.", katanya. Berselang 2 jam setelah
melakukan USG, jaringan tersisa yang di rahimku keluar dan sama percis
berukuran dengan jaringan yang terlihat di layar USG saat pengecekan. Qadarullah
wa ma syaa a fa'ala.
Semua kejadian yang kualami
membuatku banyak merenung. Orang tuaku yang terlihat tidak percaya dengan
proses keguguran yang kualami karena melihatku begitu bugar dan tidak murung,
dokter yang tidak menyangka aku bisa mengalaminya dengan proses yang langka,
katanya. Proses keguguran secara alami ini untukku menjadi sebuah proses healing
journey. Ketenangan yang aku alami saat itu salah satunya buah dari keyakinan yang kupegang bahwa keguguran layaknya kelahiran, bukanlah sebuah penyakit, itu adalah fitrah perempuan sehingga kuyakin
Allah telah menciptakan mekanisme tubuh dengan sempurna untuk bisa meng-handle-nya.
Tugasku hanya membantu tubuh ini untuk menjalankan sebagaimana fitrahnya dengan
mengikhtiarkan memasukkan asupan yang halal dan thayyib. Rempah-rempah, sayuran
dan buah-buahan yang rutin dimakan aku yakin akan menjadi obat karena semua itu
ditumbuhkan di bumi-Nya yang penuh keberkahan. Keyakinan itu menjadikan energi
untukku tetap menjalani hidup tetap positif setelahnya dan menerima keguguran
sebagai sebuah ketentuan yang sungguh sarat pembelajaran selama menjalani
prosesnya.
Kehamilan yang begitu singkat
dilanjut dengan keguguran yang kualami sungguh memberikan hikmah yang sarat
makna. Aku bisa melihat betapa sabarnya dan pengertiannya suamiku menghadapi
aku di titik terendah. Merasakan betapa Allah Al-Qawiyyu menganugerahkan
kekuatan kepada kami sehingga bisa menghadapinya dan menikmati prosesnya dengan
begitu tenang. Melihat betapa Allah Al-Hadi Al-'Alim An-Nuur memberikan
pertolongan dan petunjuk dengan dipersulitnya urusan BPJS-ku dan harga kuratase
di rumah sakit rujukan yang mahal sehingga membuatku merasakan betapa nikmatnya
proses penyembuhan fisik, mental dan spiritual selama terjadi keguguran secara
alami. Sekarang aku jadi berpikir bahwa mungkin Allah untuk saat ini hanya
ingin memberikan jawaban atas kekhawatiran kami dengan kondisi reproduksi kami.
Namun, Skenario-Nya justru lebih indah dengan memberi jawaban ditambah bonus
pelajaran yang berharga. Ada hikmah lain yang kurasakan, saat ini aku menjadi
membatasi intensitas dengan gadget karena terbiasa selama proses kehamilan
dan keguguran aku jarang membukanya, aku menutup sebagian besar akun
sosial media, sehingga menjadi lebih fokus berkarya serta melakukan hal yang
benar-benar aku butuhkan dan membuatku bahagia seutuhnya.
Terima kasih Ya Illahi Rabbi
atas segala kuasa-Mu, sekarang dan kedepannya kami ridha dengan setiap
Ketentuan yang akan Kau takdirkan kepada kami, namun kami mohon kekuatan,
petunjuk dan pertolongan-Mu agar kami bisa menghadapinya, Ya Qawwiyu Ya Hadi Ya
Nuur Ya 'Alim Ya Raqiib. Karena benar, kami bersaksi kami merasakannya, kami sungguh
merasakan dan melihat Kuasa-Mu, Ya Jalil.
Alhamdulillah, saat aku
menulis cerita ini aku sedang dalam periode menstruasi yang kalo kata dokter
menjadi ciri rahimku sudah benar-benar bersih. Alhamdulillah, aku bersyukur
bisa mengalami keguguran alami yang menjadi proses perjalanan penyembuhanku
secara fisik, mental dan spiritual.
Terima kasih ku ucapkan kepada sahabat-sahabatku yang selalu menguatkan dan membersamai serta untukmu yang telah berkenan membaca cerita ini. Semoga kisah ini akan selalu menjadi pengingat untuk diriku sendiri betapa besar Kekuasaan-Nya dan limpahan Kasih Sayang-Nya serta menjadi hikmah dan energi positif bagi semua :)
1 Komentar