Belakangan ini beberapa teman bertanya, “Nas, kamu makan sehat ya? Bagi resep dong!” Rasanya seperti tertampar dan di-remainder lagi. Ya, memang Nazla 2 tahun belakang ini benar-benar sedang belajar untuk hidup lebih sehat dan lebih bijak memilih makanan untuk tubuh, pelan-pelan sih memang. Latar belakangnya sih simple ya, karena saat SMA itu Nazla merasa berantakan banget masalah makanan. Efeknya apa? Setiap pagi ngantuk di kelas, badan ga enak, gak bisa fokus bahkan setiap magrib ada pengajian udah langganan nundutanmengantuk terkantuk-kantuk, hehe-. Lama-lama capek sih sama kebiasaan yang merugikan diri sendiri juga . Makannya sih gak banyak-banyak, tapi serandom itu, apa yang ada di makan atas hanya dasar ‘keinginan’.

Masa kuliah adalah masa dimana Nazla bermuhasabah dan mengevaluasi total kehidupan Nazla, dimulai dari kebiasaan hingga pola pikir, salah satunya ya ini pola konsumsi. Semakin Nazla belajar tentang pola makan sehat ini, semakin Nazla sadar bahwa pola konsumsi tidak se-simple ‘kita gak akan ngantuk dan bakal lebih fokus’ ternyata lebih dari itu efeknya, bahkan mempengaruhi produktivitas hidup kita dan kesehatan mental.

Mengawali gaya hidup sehat melalui pola makan ini diawali dari Nazla yang biasanya menonton kajian dari Ustadz Zaidul Akbar yang sudah dikenal dengan Jurus Sehat Rasululullahnya. Jurus Sehat Rasulullah  atau JSR bukanlah metode diet sebagaimana  dewasa ini banyak generasi x, y maupun z berlomba-lomba diet sehat untuk menggapai tubuh yang sehat dan tubuh yang ideal. Berbagai macam diet bermunculan, diantaranya: diet mayo (diet tanpa garam), diet paleo (diet tanpa memakan daging dan beberapa jenis makanan), diet atkins (diet tanpa nasi), diet Obsessive Combuzier Diet/OCD (diet dengan sistem puasa beberapa waktu) dan lain-lain. Jurus sehat Rasulullah (JSR) ini pola konsumsi yang mengikuti Sunnah Rasulullah. Pembahasan menganai Jurus Sehat Rasulullah (JSR) ini mungkin kedepannya akan Nazla kupas dalam beberapa chapter agar lebih mudah dipahami.

Nah, langkah pertama yang Nazla lakukan untuk memulai hidup lebih sehat diawali dengan tips dari dr. Zaidul Akbar yang menyaranan untuk menghindari mengonsumsi gula, tepung, nasi putih dan minyak goreng. Karena bahan-bahan itu adalah ‘makanan’ bagi sel kanker dan bagi beberapa orang memicu penyakit degenaratif lain seperti diabetes, obesitas dan lain-lain. Nazla pribadi belum menghindari seluruhnya. 1 tahun belakangan ini Nazla sudah menghindari untuk mengonsumsi gula dan susu dengan menggantinya dengan madu, kurma atau gula aren yang lebih sehat. Untuk nasi Nazla tidak mengganti tetapi masih dalam tahap mengurangi, jadi biasanya Nazla makan nasi putih ini di siang hari dengan porsi sedikit atau mengonsumsi nasi merah, jika ada di rumah hehe. Untuk makanan berminyak dan tepung tentu saja masih mengonsumsi –soalnya masih suka makan cilok, hehe– tetapi dikurangi porsinya dengan menyeimbangkan konsumsi buah dan sayur. Baru langkah kecil dengan menghindari gula dan mengurangi 3 aspek lainnya saja udah kerasa enak di badan,lho! Lebih seger dan produktif jadi gak mengganggu aktivitas kita. Serius, deh! Apalagi kalo udah bisa menghindari semua ya?

Kenapa sih harus memulai? Dewasa ini fenomena penyakit degeneratif ini meningkat signifikan seperti kanker, diabetes, obesitas dan lain-lain. Bahkan beberapa penyakit yang baru bermunculan, kanker kini tidak hanya menyerang payudara dan rahim, tetapi ada kanker hati, mulut, paru dan lain-lain. Sedangkan, penyakit-penyakit tersebut rata-rata ‘dipicu’ oleh pola hidup dan konsumsi kita, seperti terlalu sering mengonsumsi soft drink dan junk food. Junk food adalah makanan yang memiliki tinggi kalori dan sangat sedikit mengandung mikro nutrien seperti vitamin, mineral, serat dan asam amino (Ashakiran & Deepth, 2012). Makanan siap saji yang memiliki tinggi kalori tersebut berpotensi menyebabkan obesitas (Sartika, 2011). Padahal, obesitas adalah salah satu penyebab mayor yang menyebabkan penyakit kronis. Menurut WHO, “Obesitas sangat berpotensi untuk menyebabkan penyakit diabetes mellitus, hipertensi, penyakit kardiovaskular, stroke dan kanker (WHO, 2016). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh McKenzie bahwa, “Adanya hubungan timbulnya penyakit kanker dengan obesitas dan pola makan yang berlebih pada makanan berlemak, berminyak dan daging merah” (McKenzie, et al., 2016). Ironinya, semakin hari semakin bermunculan makanan capat saji yang bahkan permintaannya tinggi.

Kalian pernah kepikiran gak? Banyak penderita kanker itu rata-rata usia 40 tahun ke atas yang notabene dulu itu makanannya gak se-random sekarang. Dulu orang tua kita masih rajin makan singkon, lalap-lalapan dan makanan sehat lainnnya, tapi sekarang banyak dari mereka yang kini menderita kanker, diabetes dan penyakit degeneratif lain. Apa kabar dengan generasi sekarang di masa depan dengan pola konsumsi yang hanya sekadar ‘kenyang’ tanpa memperhatikan kebutuhan tubuh? Jadi yuk, lebih aware dan dengerin tubuh kita tuh butuhnya apa, gitu.

Tulisan ini akan berlanjut 🙂