Minimalism is a prologue for crafting your own unique story – Fumio Sasaki –

Dewasa ini gaya hidup minimalist memang sudah banyak dijalankan oleh berbagai kalangan yang sudah mulai jengah dengan kehidupan hedonisme dan materialistik. Mendengar kata minimalisme mungkin yang terbayang di benak kita adalah seseorang yang berpakaian warna putih atau hitam yang memiliki rumah dengan furniture serba putih dan rapih. Ya, seorang minimalist kebanyakan memang identik seperti itu, apalagi beberapa kalangan hardcore minimalist yang hanya memiliki 5 buah baju dengan warna yang sama misalnya.

Banyak para minimalist yang menjalani kehidupannya berawal dari seorang materialistik, shopiholic, bahkan seorang yang berantakan. Seperti seorang minimalist asal Japan yaitu Fumio Sasaki dalam bukunya Goodbye, Things dia menjelaskan dirinya adalah seorang yang senang mengumpulkan barang tanpa mengontrol belanjaannya hingga berakhir tumpukan di apartemennya seperti berbagai buku bacaan, koleksi kasetnya ditambah dengan tumpukan sampah yang bercampur di lantainya yang enggan dia bereskan. Bahkan tak jarang dia menyimpan makanan hingga expired di kulkasnya. Hingga satu titik dia merasa jengah dengan kondisi apartemennya yang secara tidak sadar mengganggu produktivitas hidupnya. Akhirnya, dia memutuskan untuk menjalani gaya hidup minimalist setelah sebelumnya dia melakukan riset mengenai gaya hidup ini. Dia mulai melakukan decluttering besar-besaran. Menjual barangnya, mendonasikan yang tidak lagi dia gunakan, membuang barang-barang yang sudah tidak lagi berguna dan tidak layak. Kini dia menjalani hidupnya di apartemen kecil dengan kasur lipat dan beberapa baju yang dimilikinya. Menurutnya, mimalisme adalah gaya hidup yang mengurangi harta benda yang kita miliki untuk meminimalkan apa yang benar-benar kita butuhkan. Hidup sebagai minimalis dengan beresensi tidak hanya memiliki manfaat seperti hidup bahagia dalam ruangan kecil atau meringankan pekerjaan membersihkan ruangan kita, hal itu juga membawa fundamental yang lebih. Itu membuat kesempatan untuk berpikir tentang  apa yang sebenarnya membawa kebahagiaan.

Benarkah minimalist membawa kabahagiaan? Hal ini seperti yang dirasakan  oleh extream minimalist dari Amerika yaitu Joshua Field Miiburn dan Ryan Nicodemus, mereka menyebut dirinya sebagaimana websitenya yaitu theminimalist. Kisah hidup Joshua Millburn yang menemukan puncak kehidupannya saat dia mendapatkan apa yang dia inginkan, mobil mewah, kekayaan berlimpah dan segala apapun yang dia inginkan dia bisa beli. Namun di tahun yang sama, ibunya meninggal dan dia bercerai dengan istrinya. Di  titik itu dia menyimpulkan bahwa kekayaan bukan tentang harta benda. Pelajaran hidup yang dia dapat menjadikannya lebih memprioritaskan hal-hal yang esensial baginya dan menyingkirkan berbagai distraksi dalam hidupnya terutama berbagai harta benda yang dia miliki. Menurut theminimalist, minimalisme adalah adalah alat untuk bahagia dengan tidak berlebih-lebihan agar kita lebih fokus ke hal-hal yang esensial. Minimalist bukan fokus pada menguragi tetapi fokus membuat ruang menjadi lebih bergairah, lebih kreatif, lebih kontributif,lebih berpengalaman, lebih beresensi, lebih bebas.

Jika kita mengenal gaya hidup minimalist baru saja trend beberapa tahun belakangan ini, namun sebenarnya gaya hidup ini sudah ada sejak beberapa abad lalu yaitu telah diterapkan oleh manusia paling berpengaruh di dunia menurut Michael H.Hart yaitu Nabi Muhammad SAW. Rasulullah direpresentasikan sebagai sosok yang berwibawa namun begitu sederhana. Arti sederhana di sini menurut epistimologi yaitu cara hidup yang relatif cukup tidak berlebih-lebihan. Kalau dirujuk juga kata sederhana dalam berbagai kamus bahasa, seperti Indonesia, Arab atau Inggris artinya adalah bersahaja, mudah, gampang dan lapang. Sederhana merupakan sebuah sikap yang mengedepankan kebijaksanaan dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan hidup, tidak berlebihan, atau menghamba materi. Dengan itu, seseorang dapat memilah mana yang harus menjadi prioritas, baik perhatian, tenaga maupun harta.

Rasulullah SAW memang dilahirkan dari kesederhanaan namun kerja keras dan kepiawaiannya dalam berdagang membuatnya menjadi pembisinis handal dan kaya raya. Bahkan mahar yang Rasulullah berikan kepada Siti Khadijah a.s yang notabenenya adalah saudagar kaya sebanyak 100 unta dan uang serta mahar yang diberikan kepada Aisyah a.s adalah sebanyak 500 dirham atau setara dengan 40 juta rupiah. Sebagaimana dalam hadits berikut, “Aisyah berkata,”Mahar Rasulullah kepada para istri beliau adalah 12 Uqiyah dan satu nasy”. Aisyah berkata,”Tahukah engkau apakah nash itu?”. Abdur Rahman berkata,”Tidak”. Aisyah berkata,”Setengah Uuqiyah”. Jadi semuanya 500 dirham. Inilah mahar Rasulullah shallallahu ‘alaih wasallam kepada para istri beliau. (HR. Muslim)

Meskipun beliau adalah seorang yang kaya raya namun tidak serta merta menjadikan beliau bermewah-mewahan. Dalam sebuah kisah diceritakan bahwa Umar a.s melihat Rasululla SAW sedang berbaring di sebuah tikar kasar yang terbuat dari pelepah kurma, dan hanya berselimutkan kain sarung. Kemudian, terlihat guratan tikar membekas di tubuh Rasulullah SAW. Selain itu Rasulullah dikisahkan tidak memiliki pakaian double hanya beberapa dengan berbeda jenis dan selalu menjahit pakaiannya yang sobek. Begitu sederhana gaya hidup Rasulullah meskipun beliau sebenarnya mampu untuk mendapatkan apapun.

Rasulullah sebagai panutan kita memang merupakan manusia sempurna yang merepresentasikan isi al-quran karena kesederhanaan yang tercermin pada diri Rasulullah sebenarnya sudah tercantum dalam Al-quran Al-An’am ayat ke-141 Allah berfirman:

وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ ﴿١٤١

“dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S Al-An’am[6]: 141)

Selain itu, dikisahkan dari Abu Umamah Iyash bin Tsa’labah Al-Anshary Al-Haristy ra., ia berkata : Pada suatu hari, para sahabat Rasulullah SAW membicarakan masalah dunia, kemudian Rasulullah saw bersabda: ‘Apakah kalian tidak mendengar? Apakah kalian tidak mendengar? Sesungguhnya kesederhanaan itu bagian dari iman, sesungguhnya kesederhanaan itu bagian dari iman.” (H.R. Abu Daud)

Gaya hidup sederhana yang beliau terapkan adalah pilihannya, bukan karena beliau tidak mampu hidup mewah dan tidak sulit pula bagi beliau bergaya hidup glamour sebagai seorang pemimpin dan pembisnis yang kaya raya. Namun, beliau lebih bahagia dengan kesederhanaan. Para sahabat pun turut mengikuti gaya hidup nabi. Keserhanaan bagi para sahabat mengingatkan manusia kepada kehambaan jati diri manusia yang sebenarnya, hal yang sulit dicapai oleh manusia.

Hidup minimalis menitikberatkan pada bagaimana kita lebih memproritaskan hal-hal yang lebih esensial. Begitu pula Rasulullah yang sepanjang hidupnya hanya memikirkan masalah umat. Bahkan Rasulullah tak pernah alfa dalam menyedekahkan hartanya di jalan-Nya tanpa mengkhawatirkan hidupnya di esok hari. Di sini juga terlihat bahwa Rasulullah sangat mindful, melakukan kebaikan sepanjang hidupnya tanpa menakutkan masa depannya. Bahkan di akhir masa hidupnya Rasulullah tidak meninggalkan warisan hartanya untuk keluarganya, semua disedekahkan untuk kepentingan umat. Beliau mewariskan hal yang sangat esensial bagi umat manusia yaitu Al-quran dan Sunnah.

Lalu, apalagi alasan untuk tidak sederhana? Apa yang dikhawatirkan untuk memulai menjalani hidup minimalist? Panutan umat manusia telah memberikan teladan akan memaknai kesederhanaan yang membawa pada kebahagiaan. Begitu pula banyak orang yang sudah mulai jengah dengan harta yang hanya memberikan kebahagian sesaat dan membuat kita terlena. Kini, memang saatnya kita menjalani kebahagiaan kita yang sebenarnya ada di depan mata, memaknai hidup dengan sederhana.

Referensi:

Imam Nawawi. Terjemahan Riyadhus Shalihin

Yusuf Qardhawi. Halal Haram dalam Islam

Marie Kondo. Spark Joy

Francine Jay. Seni Hidup Minimalis

Fumio Sasaki. Goodbye, things

theminimalist.com

https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah