Jatuh cinta adalah keniscayaan dan fitrah yang tak bisa dilawan.
Biarkan cinta tetap jadi anugerah dengan penerimaan,
karena merawatnya adalah sebuah pilihan.
Memutuskan untuk memelihara tak mesti harus memiliki.
Karena ku tahu, aku mencintai yang sewaktu-waktu akan pergi.
Maka, tak pantas ku dekap perasaan yang di luar kendali,
bergantung pada nafas yang tak akan pernah abadi.
Aku mengembalikan,
perasaan yang tak berhak aku genggam,
hati yang tak pantas ku akui.
Aku tak ingin menodai rasa cinta yang Dia amanahkan.
Karena cinta suci-Nya diiringi hati yang selalu berbenah.
Diri yang selalu ingin memahami dengan kejujuran.
Berdamai dengan diri untuk mencintai dengan ketulusan.
Kini,
Hanya doa yang kupanjatkan.
dengan menyederhanakan setiap harapan.
Bukan!
Bukan doa kita bisa dipertemukan.
Aku tak ingin menodai ketulusan.
Saat tenggelam dalam harapan.
Hanya doa tanpa ekspektasi.
Mengadu dengan penuh refleksi sembari berkontemplasi diri
“Apakah diri ini sudah pantas mencintai? Saat masih abai mencintai diri dan sering alfa kembali pada Sang Pemilik Hati”
Hanya berserah, menghisab dan bermuhasabah diri
Sejatinya, cinta adalah tentang melepaskan.
Proses belajar untuk mengikhlaskan,
menerima dengan penuh kesadaran.
Biarlah dalam kepasrahan ku merawatnya,
dengan mengikuti setiap ketentuan.
Biarlah hanya doa tanpa harapan,
yang menjadi kekuatan dan keyakinan.
Menggapai jalan dan keridloan,
Sang Pemilik Cinta Yang Maha Rahman.
0 Komentar