Perjuangan itu butuh pengorbanan. Ketika perjuangan itu konsisten dijalankan akan membuahkan keberhasilan

– Supadi, Ketua KSM TPST 3R Mulyoagung –

TPST 3R Mulyoagung Malang adalah salah satu tempat pengolahan sampah terbaik di Kabupaten Malang yang telah berhasil melayani pengolahan sampah untuk 12.000 KK sejak tahun 2011. Mengukir prestasi dengan upaya pengolahan sampahnya yang menghadirkan partisipasi masyarakat, menjadikan TPST ini menjadi salah satu lokasi kunjungan studi maupun penelitian yang dilakukan oleh berbagai kalangan, termasuk bagi mahasiswa Teknik Lingkungan UIN Sunan Ampel Surabaya.

Rabu, 11 Desember 2019 mahasiswa semester 5 Teknik Lingkungan UIN Sunan Ampel Surabaya melakukan kuliah lapangan ke TPST tersebut. Kunjungan ini bertujuan untuk mengenalkan mahasiswa mengenai kondisi lapangan yang selama ini hanya dipelajari di kelas. Sehingga, mahasiswa diharapkan tidak hanya dapat memahami secara teoritis tetapi nantinya siap untuk terjun secara praktis.

Kunjungan tersebut diawali dengan penyambutan dan penjelasan mengenai TPST 3R yang disampaikan oleh Bapak Supadi yang merupakan ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) TPST tersebut. Beliau menjelaskan sejarah berdirinya TPST yang dilatar belakangi karena perilaku masyarakat yang kurang bijak menyebabkan tumpukan sampah di DAS Brantas. Hal tersebut berpotensi terjadinya longsor di desa tersebut. Selain itu, dengan adanya tumpukan sampah yang terbawa hingga ke hilir yakni di Surabaya tentu menyebabkan pencemaran air sungai bagi daerah sekitarnya. Dengan latar belakang tersebut, masyarakat berkomitmen membangun TPST yang pada awal pembangunannya didukung oleh beberapa unsur secara terintegrasi diantaranya: Pemerintah Daerah, Kementerian PU, Dinas Lingkungan Hidup, dan lain-lain. Meskipun pada modal awal pembangunan didapatkan dari berbagai pihak, namun pada operasionalnya hingga sekarang TPST Mulyoagung ini melaksanakan secara mandiri yang didapatkan dari proses penjualan, kegiatan dan iuran RT/RW.

Setelah penjelasan, mahasiswa diajak berkeliling di sekitar kawasa pengelolaan sampah. Kawasan pengelolaan sampah berdasarkan kondisi eksisting pada TPST tersebut terbagi pada 4 zona yaitu, zona penerimaan dan pemilahan sampah, zona pemilahan sekuder dan tempat penimbunan hasil olahan sampah, zona penimbunan lapak sampah siap jual, dan zona pengomposan. Selain memiliki zona pengelolaan sampah, TPST ini juga memiliki satu unit kantor, satu unit gedung, kamar mandi, satu unit dapur, satu unit mushola, 47 unit kandang sapi dan kambing, kandang kalkun, kandang burung dan lahan budidaya ikan.

TPST Mulyoagung memiliki 86 pegawai yang terbagi pada tiga kluster yaitu tenaga pemilah yang biasanya dilakukan oleh wanita untuk memilah sampah dari sumber, tenaga pengangkut yang biasanya dilakukan oleh pegawai laki-laki untuk mengangkut sampah dari sumber dan tenaga binamutu yang merupakan pegawai yang memiliki fungsi kerja yang lebih dari satu seperti tenaga pencacah plastik, tenaga pengemas, tenaga pengompos, supir dan lain-lain. Selain pegawai yang mengelola sampah terdapat pula tenaga koperasi, tenaga staf dan tenaga linmas.

Pada prosesnya, TPST ini dapat mengelola sebanyak 216 m3 perhari. Komposisi sampah tersebut terdiri dari 49% sampah anorganik, 39% sampah organik dan 12% sampah residu. Setelah melalui proses pengelolaan sampah, hasil yang didapatkan beragam. Sampah organik kebun akan diolah sebagai kompos yang melalui tahap dengan sistem windrow. Sampah tersebut diolah dengan menggunakan starter kandang kambing dan  lindi dengan proses degradasi selama 21 hari. Setelah proses fermentasi tersebut, kompos diayak menggunakan alat pengayak dan dikemas. Hasil dari kompos tersebut selanjutnya dijual kepada pekebun seharga seribu perkilogram. Untuk sampah sisa makanan seperti nasi dan roti dijadikan pakan sapi dan kalkun. Sampah anorganik dipilah berdasarkan jenisnya yang selanjutnya dijual ke pengepul yang sudah menjalin kerja sama. Sedangkan, sisa sampah yang tidak bisa dijual dan diolah menjadi sampah residu ke TPA.

TPST Mulyorejo Bersatu kini berhasil melayani pengelolaan sampah untuk empat desa secara mandiri. Selain sebagai solusi untuk mengurangi dampak lingkungan, adanya TPST ini mendorong perekonomian karena memberdayakan masyarakat sekitar sehingga mengurangi pengangguran. Sampah ku resik rezeki ku apik, kata Pak Supadi. Sebagai Ketua KSM TPST tersebut Pak Supadi selalu menekankan bahwa dengan mengelola sampah akan mengurangi ‘penderitaan’orang lain karena dapat mengurangi kekhawatiran masyarakat. Sampah akan menjadi berkah jika kita bijak dalam menanganinya; SAMPAH (Semoga Allah Melimpahka Pahala Atas Hamba-Nya).

Nazla

ditulis di Selecta Malang

Rabu, 11 Desember 2019

Pukul 15.43 WIB