"Tulisan yang bagus hanya hadir dari pembaca yang rakus” Ustadz Anwar Djaelani

Ahad, 17 November 2019 sebanyak 9 orang penerima manfaat Youlead Surabaya mengikuti acara Inspiration Class di BSMI Jawa Timur Jl. Mojo Gubeng Surabaya. Tema kegiatan pada kelas inspirasi ini berkaitan dengan kepenulisan yang diisi oleh pemateri yang sudah sejak tahun 1998 berkecimpung di dunia kepenulisan yaitu Ust. Anwar Djaelani. Meski sudah terbilang berumur, namun energi beliau dalam menyampaikan pesan kepenulisan sungguh mengasyikan dan kadang kala bahasanya menusuk dan menampar, membuat hati ini malu  karena merasa muda namun ‘kalah’ semangat dalam berkarya.

WhatsApp Image 2019-11-18 at 15.20.27

Materi yang dibawakan sebenarnya tidak jauh berbeda dengan workshop kepenulisan lain yang pernah ku ikuti. Pembahasan mengenai jenis-jenis tulisan jurnalistik seperti berita, feature dan artikel opini. Awalnya terasa membosankan. Namun sungguh rasa bosan itu tidak bertahan lama! Ini bukan pelatihan kepenulisan biasa! Bagaimana tidak, beliau membukakan pikiran kami bahwa menulis dan membaca adalah modal utama dalam menjalani kehidupan. Bukan hanya sekadar teori tapi pemaknaan mendalam akan esensi.

Caranya menyampaikan sungguh sarat makna. Pesan kepenulisan itu dibuka dengan penggalan ayat dan tafsir Al-quran. Penjelasan yang begitu apik dan bijak  membuat kami dapat membuka khazanah berpikir bahwa membaca dan menulis adalah pesan Allah pertama yang diturunkan kepada manusia. Sebagaimana tercantum dalam Q.S. Al- Alaq ayat 1:5 yang berbunyi, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari ‘Alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling Pemurah. Yang mengajar manusia dengan pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya.” Berdasarkan Tafsir Quraish Shihab, ayat tersebut menjelaskan mengenai ajakan untuk membaca dan belajar, dan bahwa Tuhan mampu menciptakan manusia dari asal yang lemah akan mampu pula untuk mengajarkannya menulis yang merupakan sarana penting untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan mengajarkannya sesuatu yang belum pernah diketahuinya. Allahlah yang mengajarkan kepada manusia. Dalam tafsir tersebut sudah jelas dijelaskan bahwa membaca dan menulis adalah poros utama untuk bisa mengembangkan intelektual kita. Selama ini banyak orang yang mengganggap membaca dan menulis hanyalah sekedar passion  hingga banyak orang yang dengan tak acuh berkata, “Baca dan nulis itu bukan passionku! Aku bisanya desain foto, video dan melukis”. Banyak orang yang merasa kesulitan saat diminta untuk membaca dan menulis. Lagi, Ust Anwar mengetuk hati kami dengan kalimat, “Tidak mungkin Allah membuat peraturan (membaca dan menulis) yang tidak bisa kita implementasikan.” Kalimat tersebut membuatku berpikir (lagi), benar juga!

Sebenarnya sah-sah saja mendalami bidang lain untuk menunjang hobi kita. Namun apakah membaca dan menulis hanyalah sebuah ‘renjana’? Bukankah setiap kita membuat laporan tugas harus membaca banyak literatur dan baru bisa menuangkannya dalam sebuah tulisan. Bukankah saat kita ingin membuat desain poster harus diawali dengan membaca langkah-langkah pembuatannya dan harus menulis konten untuk poster tersebut? Pertanyaan-pertanyaan tersebut yang membuatku berpikir bahwa membaca dan menulis adalah sebuah kebutuhan hidup, ya!

Beliau berkata bahwa membaca dan menulis bagaikan dua sisi mata uang. Dua orang dari kami menafsirkan bahwa uang adalah hal yang berharga dan akan berharga apabila kedua sisi itu ada. Sedangkan kedua sisi itu sangat berhubungan. Seorang tidak akan bisa menulis apabila tidak membaca terlebih dahulu dan apabila hanya gemar membaca maka apa yang di baca hanya sia-sia. Tafsir kami yang dangkal tersebut ternyata diamini olehnya dan beliau melengkapi. “Jika kita menulis, lalu ada orang yang membaca tulisan kita lalu orang tersebut tergerak untuk menulis dari apa yang di baca. Pun orang lain membaca tulisannya diapun tergerak membaca tulisan itu dan akan terus seperti itu terus  bergulir” Menarik!

Analogi yang benar-benar penuh arti! Ternyata ujung-ujungnya tetap saja esensi manusia hidup adalah untuk memberikan manfaat kepada sesama. Sebagaimana firman Allah Q.S An-Nahl ayat 125 yang berbunyi, Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. Ayat tersebut merupakan petunjuk bagi kita sebagai khalifah di bumi ini. Ustadz Anwar meng-highlight tiga point yang menjadi pesan pada ayat tersebut yaitu hikmah, pelajaran dan bantah (perdebatan). Ketiga point tersebut bisa dijadikan kita sebagai bekal dalam menulis. Menulis apapun bisa saja dengan berorientasi untuk membela agama Allah, katanya.  Ternyata untuk mengaplikasikan ‘khairunnas anfauhum linnas’ tidak harus selalu menjadi orang paling depan untuk mempengaruhi pun menjadi tenaga ahli dalam sebuah profesi. Hanya bermodalkan gemar membaca dan menulis, bisa juga kita menebar manfaat dengan berdakwah melalui tulisan.

Ntah mengapa, setelah mendapat pelatihan kepenulisan rasanya hati ini tergerak untuk kembali menekuni dunia kepenulisan. Dulu, aku yang hanya menulis karena berniat ikut lomba atau hanya ingin dimuat di media massa. Lagi-lagi, orientasi dangkal itu membuatku kecewa. Tidak apa ditolak media massa, tapi kita bisa berbicara nanti dihadapan Allah bahwa kita sudah membela agama-Nya melalui tulisan kita, kata Ustadz Anwar. Semangat itu kembali membara.

Setelah kegiatan pelatihan kepenulisan selesai, Ustadz menantang kami untuk menulis artikel opini dengan tema bergantung pada apa yang kami sukai. Bagiku ini adalah langkah awal (lagi) agar ku bisa menulis lagi. Akhirnya sepulang dari acara aku langsung membuka laptop dan menulis mengenai “Perubahan Iklim”. Ada kepuasan tersendiri saat aku bisa menyelesaikannya.

Lagi, semangat untuk bisa pandai menulis seperti Ustadz Anwar membuat ku membuat blognya yaitu https://www.anwardjaelani.com/. Masyallah! Sungguh tulisan-tulisan yang sangat informatif dan inspiratif. Salah satu tulisan yang menarik adalah “A Hassan, Tajam Menulis, Fasih Berdebat”. Selama ini ku hanya berpikir itu adalah hal yang dikotomik, seorang yang pandai menulis biasanya tidak cakap berdebat pun sebaliknya. Namun ternyata tidak juga, dalam tulisan beliau A.Hassan adalah seorang ulama yang kritis dan produktif menulis, beliau sangat cakap berdebat dan pandai menuangkannya dalam tulisan. Karya-karyanya meliputi Tafsir Al-FurqanSoal-Jawab tentang Berbagai Masalah Agama (4 jilid), Pengajaran Shalat, dan Terjemah Bulughul Maram (yang disertai catatan dari A.Hassan).

Benar! Dua Sisi Mata Uang

Beberapa tulisan yang ku baca dari blognya me-trigger ku untuk menulis. Hasil bacaan tersebut membuatku menulis tulisan ini. Dengan mudah ku bisa buktikan kalimat Ustadz Anwar bahwa membaca dan menulis bagaikan dua sisi mata uang. Alhamdulillah. Terima kasih Ustadz Anwar karena keikhlasan Ustadz dalam menyampaikan membuat kami tergerak untuk berkarya dengan tulisan.

Nanas

Kos, Surabaya

19 November 2019

03.13 WIB