(Refleksi Kelas Ritme Tubuh, Ritme Alam dan Keselarasannya)
Pada refleksi kelas pertama di tulisan sebelumnya dijelaskan bahwa hidup holistik adalah salah satu ikhtiar berkehidupan selaras fitrah. Tentunya kita perlu kembali merenungi sebenarnya bagaimana fitrah kita sebagaimana tujuan penciptaan kita di bumi-Nya ini. Maka, semua hal yang kita ikhtiarkan pada akhirnya perlu bermuara pada tujuan hidup kita yang sesungguhnya.
Pada kelas yang kedua ini, saya kembali dibuat berefeksi bahwa ternyata Allah dengan segala Rahman dan Rahiim-Nya telah men-setting tubuh kita dengan sedemikian sempurna agar kita bisa mengoptimalkan energi yang telah diberikan-Nya untuk kita beraktivitas sebagaimana peran kita masing-masing di bumi-Nya.
Dalam Tibb An-Nabawi (Metode Pengobatan Nabi) dijelaskan bahwa pengobatan pada dasarnya adalah menjaga keseimbangan antara energi dan esensi secara adil, yang dengan cara itulah tubuh manusia dapat berdiri sebagaimana berdirinya langit dan bumi serta makhluk di dalamnya. Ditopang dalam keseimbangan.
Keseimbangan dalam hal ini disebut Balance Equilibrium yang keseimbangannya dinamis. Keseimbangan yang terjadi di tubuh dipengaruhi oleh setiap bagian yang ada didalamnya dan saling mengstabilkan. Kedinamisan ini menyebabkan titik keseimbangan setiap tubuh kita bisa jadi berbeda dan bahkan tubuh kita pun pada hari yang berbeda mungkin memiliki titik keseimbangan yang berbeda. Oleh karenanya, perlu kita mendengar dan memahami tubuh kita seutuhnya setiap hari, agar kebutuhan lahir, batin dan rohaninya terpenuhi.
Pada sudut pandang ilmu kesehatan holistik diyakini prinsip, “as above, so below” di mana tubuh manusia adalah bagian dari alam semesta dan alam semesta adalah bagian dari tubuh manusia. Sebagaimana istilah makrokosmos dan mikrokosmos. Kita hidup di bumi berdampingan dengan makhluk lain dan tubuh kita adalah bumi pula bagi jutaan makhluk-Nya yang lain. Kita tahu bahwa dalam tubuh kita terdapat jutaan bakteri yang hidup yang berasal dari tanah dan alam sekitar. Bakteri di dalam tubuh kita tentunya akan membutuhkan ‘asupan’ untuk bisa bekerja membantu sistem tubuh kita yang tentunya memerlukan makanan yang berasal dari alam. Maka, untuk menjaga keseimbangan di tubuh kita, kita perlu melibatkan alam semesta di dalamnya, termasuk segala asupan berupan aktivitas dan makanan yang masuk dalam tubuh kita seharusnya yang berasal dari alam.
Kembali pada kesimbangan, bahwa untuk mengobati dan merawat kesehatan kita perlu menjaga keseimbangan energi dan esensi dalam tubuh. Pada tulisan ini saya akan lebih fokus membahas tentang energi. Energi sebagaimana dalam Hukum Termodinamika pertama, energi tidak bisa diciptakan dan dimusnahkan, sifatnya konstan dan kekal. Maka, energi bersumber dari Allah SWT dan merupakan hak-Nya untuk menentukan seberapa banyak energi yang dianugerahkan ke dalam tubuh kita masing-masing. Namun dengan Rahiim-Nya kita diberikan petunjuk untuk mengetahui bagaimana energi dalam tubuh kita.
Mengapa kita perlu mengetahui energi dalam tubuh? Karena energi dan esensi berjalan beriringan serta saling berkaitan dan mempengaruhi. Esensi bisa disebut sebagai materi, sedangkan energi adalah potensi yang bisa membuat esensi tersebut menjadi berfungsi. Sebagai contoh, darah yang mengalir di tubuh kita adalah bentuk esensi dan energi bersinergi. Darah adalah materi, sedangkan yang menggerakannya adalah energi. Jadi, darah tidak akan berfungsi jika tidak ada energi, begitu pula energi tidak akan memiliki wadah untuk menggerakan potensinya.
Pada ilmu kesehatan holistik ada beberapa versi yang secara esensi sebenarnya sama dan serupa untuk mengetahui energi setiap organ di dalam tubuh kita dalam 24 jam yang bisa disebut body clock.
Gambar di atas menunjukan body clock selama 24 jam yang disebutkan secara holistik. Organ tubuh kita memiliki sifat alami yang ditunjukan dengan metal, earth, fire, water, dan wood. Jam-jam organ yang ditunjukan pada diagram di atas merupakan jam kerja dengan energi yang optimal. Bukan berarti di jam lain organ tersebut tidak bekerja, namun pada waktu-waktu tertentu terdapat spesialisasi organ yang bekerja dengan optimal dan sebagaimana mestinya. Oleh karenanya, aktivitas kita seyogianya diselaraskan dengan jam kerja organ tubuh kita. Jika tidak sesuai, maka akan menyebabkan terganggunya keseimbangan di tubuh kita yang terepresentasikan dalam bentuk penyakit atau keluhan kesehatan, karena secara tidak langsung ketika kita beraktivitas di jam yang organ tubuh kita tidak bekerja, misalnya makan tengah malam, sesungguhnya kita sedang mendzalimi organ tubuh kita sendiri.
Pada gambar di atas, terdapat diagram dari Ayurveda dan Tibb Nabawi yang juga menujukan body clock sesuai dengan kerja organ tubuh kita. Sedangkal yang saya baca, kita bisa mengetahui jenis tubuh (body fluid/temprament/humour) berdasarkan Tibb Nabawi atau Ayurveda. Seperti dalam Tibb Nabawi, terdapat empat macam body fluid: Sanguine (Hot and Wet), Billious/Choleric (Hot and Dry), Plegmatic (Cold and Wet) dan Melancholic (Cold and Dry). Atau dalam ayurveda yang terbagi pada Kapha, Vata dan Pitta yang juga menunjukan elemen tubuh sebagaimana dalam Tibb An-Nabawi. Kita dapat mengetahui jenis body fluid kita dengan mempelajarinya sendiri berdasarkan indikator-indikator yang ada atau berkonsultasi dengan terapis.
Mengapa kita perlu mengetahuinya? Karena body fluid kita akan mempengaruhi jenis asupan yang cocok dan selaras dengan tubuh kita untuk mencapai keseimbangan tadi. Asupan ini berupa makanan, aktivitas, paparan elemen alam bahkan sampai sekecil jenis minyak yang cocok dipaparkan ke kulit kita. Setiap orang tentunya akan berbeda. Makanya jenis diet itu tidak akan selalu berhasil pada setiap orang karena setiap orang memiliki berbeda body fluid.
Sebagaimana dahulu ketika saya belum mengetahui ilmu mengenai ini, saya pikir makanan asam seperti cuka dan yoghurt itu baik bagi semua jenis tubuh dan kita perlu mengurangi konsumsi gula. Maka, saya dan suami berikhtiar untuk pelan-pelan beralih ke konsumsi yang lebih sehat, dengan mengurangu gula dan memperbanyak makanan asam dari produk probiotik alami. Ternyata ketika dicek saya memiliki body fluid yang terbalik dengan suami yang menyebabkan jenis asupan yang cocok untuk tubuh kamipun tentunya berbeda. Saya yang cocok dengan makanan asam dan pahit serta pantang pada makanan terlalu asin dan manis. Sedangkan suami justru cocok dan harus memasukan esensi asin dan manis ke tubuhnya.
“There is no one size fits all“, pada akhirnya kita tidak bisa hanya mengandalkan tips trik diet baku yang beredar, kita perlu mencoba mendengar dan mengenal diri dengan utuh agar bisa benar-benar memahami apa yang sebenarnya tubuh ini butuhkan, agar kita bisa mengurangi kemadharatan yang selama ini kita lakukan dengan mendzalimi tubuh dan bumi kita. Bagaimana caranya? tentunya dengan menuntut ilmu-Nya yang tak terbatas ini dengan sabar dan sadar. Semoga Allah selalu memberi kita kekuatan dan membersamai langkah kita untuk selalu berikhtiar menuju jalan-Nya. Aamiin.
Yuk, berbagi perspektif dan berdiskusi di kolom komentar!
0 Komentar