Indonesia adalah negara yang memiliki jumlah penduduk mencapai 267 juta jiwa pada tahun 2018 dan diperkirakan akan meningkat hingga 271 juta jiwa pada tahun 2020 (Badan Pusat Statistik, 2018). Peningkatan jumlah penduduk tersebut tentu berbanding lurus dengan kebutuhan terhadap akses air bersih. Ketersediaan air bersih sangat penting untuk menunjang kehidupan dan aktivitas manusia. Menurut World Health Organization (WHO) setiap tahun tedapat 1,7 anak yang meninggal akibat pencemaran lingkungan yang menyebabkan diare, malaria dan radang paru-paru. Hal itu disebabkan karena terjadinya pencemaran air dan kurangnya akses air bersih.
Dalam menangani hal tersebut, Indonesia turut berkomitmen untuk menggapai Sustainable Development Goals (SDGS) 2030 yang diimplementasikan melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 59 tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Pembangunan Berkelanjutan. Dalam hal ini, sasaran nasional mengenai akses air bersih pada tahun 2015-2019 adalah meningkatnya air minum layak pada tahun 2019 menjadi 100% dan meningkatnya akses terhadap sanitasi yang layak pada tahun 2019 menjadi 100%. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya peningkatan rumah tangga yang memiliki akses terhadap sumber air minum layak di Indonesia. Pada 2012 hanya 65,05 persen rumah tangga memiliki akses terhadap sumber air minum layak. Pada 2014, sebanyak 68,11 persen rumah tangga punya akses tersebut. Angka ini naik lagi di 2017 menjadi 72,04 persen. Menurut titro.id, belum ada satu provinsi pun yang memiliki akses air bersih 100%. Hingga tahun 2017, akses tertinggi air bersih di provinsi Bali yaitu 90,85 % dan akses terendah di Bengkulu yaitu 43,83%.
Disebut memiliki akses tertinggi di tahun 2017, ternyata berdasarkan penelitian tahun 2018 di Bali terjadi intrusi air laut sejauh 1 s.d 3 km. Hal ini menyebabkan menurunnya kualitas air bersih karena terjadi kontaminasi klor yang tinggi. Menurut Kepala ESDM Bali, intrusi air laut tersebut disebabkan karena meningkatnya ekplorasi air tanah yang disebabkan tingginya sektor pariwisata. Bahkan, terdapat 1.284 sektor usaha pariwisata yang memiliki izin air tanah (Tribun-Bali.com, Maret 2019). Akibat aktivitas yang tidak memperhatikan dampak lingkungan tersebut, kini terjadi krisis air bersih di Bali.
Selain di Bali, beberapa daerah sudah terdampak krisis air bersih seperti di Nusa Tenggara, Sulawesi dan Jawa. Pun di kota besar dan metropolitan seperti Surabaya dan Jakarta. Kota metropolitan, Jakarta terjadi krisis air bersih dan hanya 80% yang masih mendapatkan suplai air PDAM. Pun di beberapa daerah di Surabaya terjadi krisis air bersih, beberapa pelanggan sempat tidak mendapat suplai air PDAM sehingga truk PDAM harus diterjunkan langsung ke beberapa titik daerah yang tidak tersuplai air PDAM. Kasus sama terjadi di Banyuwangi Jawa Timur dan Mamuju Sulawesi Barat yang terdampak krisis air bersih karena tidak mendapat suplai air PDAM. Hal itu karena terjadi kerusakan saluran pipa dan beberapa tandon akibat bencana banjir yang kerap terjadi beberapa bulan ini di beberapa tempat.
Bagaimana jika dihubungkan dengan ketercapaian 100 0 100 di tahun 2019? Menurut Dirjen Cipta Karya Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, hingga Maret 2019 ketercapaian pemenuhan air bersih layak konsumsi mencapai 72% dan pembangunan infrastruktur distribusi air bersih baru mencapai 77 %. Hal itu, berarti target 100 0 100 di tahun 2019 masih belum tercapai. Dirjen Cipta Karya berharap 23% sisanya akan bisa direncanakan di lima tahun berikutnya (Suara.com, Maret 2019).
Berdasarkan hal tersebut, sebaiknya kita mulai untuk bertindak secara bijak dan solutif untuk turut andil dalam menjaga kualitas dan kuantitas air bersih. Kritis dalam berpikir sangat diperlukan, dukungan penegakan regulasi sangat dibutuhkan. Namun, yang lebih penting adalah aksi nyata yang berkontribusi langsung pada kelestarian dan sustainabilitas lingkungan, terutama air sebagai sumber kehidupan bagi kita. Beberapa cara bisa dilakukan dimulai dari diri sendiri seperti:
- Menghemat Air!
Kalimat seruan klise yang sudah sejak TK kita dengar atau baca. Namun, dalam implementasinya masih sangat sulit dan terkadang masih tak acuh. Bagi kita yang tidak terdampak langsung krisis air bersih memang tidak akan langsung merasakan pentingnya menghemat air tapi dengan kondisi perubahan signifikan akan krisis air yang terjadi di beberapa daerah kini, tidaklah terketuk sedikit hati kita untuk lebih menjaga air? Menjaga air bisa dilakukan dengan mengubah pola hidup kita dalam menggunakan air, seperti tidak menggunakan air secara berlebihan saat mandi, berwudhu atau aktivitas lainnya. Dalam Q.S. Al-Anbiya [21] ayat 30 Allah berfirman, “Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup.” Oleh, karena itu air merupakan hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya di bumi. Jika air yang merupakan sumber kehidupan tidak kita jaga, berarti kita mengabaikan keberlangsungan hidup kita sendiri, bukan?
- Mengurangi Penggunaan Bahan yang Mencemari Air
Krisis air bersih terjadi karena terjadinya kontaminasi air yang disebabkan karena buangan limbah, terutama limbah domestik. Kebanyakan limbah domestik di Indonesia tidak diolah secara komunal, namun langsung disalurkan ke badan air. Sehingga, menyebabkan pencemaran air permukaan yang menjadi sumber bahan baku air bersih. Semakin banyak pencemar semakin sulit dalam mengelolanya, bahkan beberapa kasus air sungai yang sudah tercemar berat tidak bisa diolah dengan pengolahan konvensional namun harus dengan advanced treatment. Oleh karena itu sebisa mungkin kita sebagai ‘sumber pencemar’ sebaiknya lebih bijak untuk dalam menggunakan bahan yang berkontribusi dalam pencemaran lingkungan seperti lebih bijak menggunakan deterjen dan menggantinya dengan bahan yang lebih ramah lingkungan dan lain sebagainya.
- Membuat Sumur Resapan, Biopori, Menanam dan Tandon Penampung Air Hujan
Tindakan yang lebih solutif lagi adalah membuat sumur resapan atau lubang biopori di rumah, karena secara tidak langsung kita menyimpan air dalam tanah. Tentu hal itu sangat berkontribusi untuk menjaga kualitas dan kuantitas air. Karena air dalam tanah yang terserap melalui akar tanaman akan terjadi self purification melalui filtrasi alami dan menanam adalah solusi terbaik untuk menunjang hal tersebut. Solusi yang lebih expert lagi adalah membuat tandon penampungan air hujan dengan filtrasi sederhana. Dalam hal ini, kita secara langsung menyimpang cadangan air dan meminimalisasi air hujan untuk langsung mengalir ke permukaan.
Maka dari itu, tidak ada kata terlambat untuk memulai berkontribusi bagi lingkungan. Satu aksi kita untuk lingkungan adalah investasi masa depan. Bisa jadi aksi kecil tersebut adalah perantara yang meridhoi kita menuju ke surga-Nya. Aamiin.
Referensi:
Anhar, Sapardi. 2019. Pipa PDAM Rusak Diterjang Banjir Warga Mamuju Krisis Air Bersih. https://kumparan.com/sulbarkini/pipa-pdam-rusak-diterjang-banjir-warga-mamuju-krisis-air-bersih-1551519306844234311 (diakses tanggal 9 Maret Pukul 04.23 WIB)
Baihaiqi, Amir. 2018. Ribuan Pelanggan Tak Dapat Suplai Air Ini Penjelasan PDAM https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4314177/ribuan-pelanggan-tak-dapat-suplai-air-ini-penjelasan-pdam-surabaya (diakses Tanggal 9 Maret Pukul 05.02 WIB)
Eurazmy. 2019. Krisis Air Bersih di Depan Mata Indikasi Intrusi Air Laut Terjadi di Lima Wilayah Pesisir Bali http://bali.tribunnews.com/2019/02/16/krisis-air-bersih-di-depan-mata-indikasi-intrusi-air-laut-terjadi-di-lima-wilayah-pesisir-bali?page=all (diakses tanggal 7 Maret 2019 pukul 19.54)
Fanani. 2018. Korban Banjir Bandang di Bayuwangi Krisis Air Bersih. https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4079758/korban-banjir-bandang-di-banyuwangi-krisis-air-bersih (diakses tanggal 7 Maret Pukul 20.23 WIB)
Gunadha. 2019. Kementerian PUPR Akses Air Bersih Baru Mencapai 72 Persen https://www.suara.com/bisnis/2019/03/01/184138/kementerian-pupr-pemerataan-akses-air-bersih-baru-mencapai-72-persen (diakses tanggal 5 Maret Pukul 20.24 WIB)
Gritya, Scholastica. 2018. Bagaimana Mutu dan Akses Air Bersih di Indonesia https://tirto.id/bagaimana-mutu-dan-akses-air-bersih-di-indonesia-cGrk (diakses tanggal 21 Februari 2018 pukul 21.22 WIB)
0 Komentar