“Tidak ada kegagalan, hanya saja kita masih lengah dengan skenario-Nya dan belum bersyukur dengan nikmat-Nya.”
_ Nanas _
Dua hari yang lalu, tepat pukul 14.00 hasil SBMPTN diumumkan. Tangisan, haru, kebahagian terasa bagi mereka yang dinyatakan lolos di jurusan dan kampus yang diidamkan. Di samping itu, ternyata lebih banyak yang merasakan kesedihan dan kekecewaan, yaitu sekitar 660.000 hati merasa sedih karena dinyatakan tidak lolos dalam SBMPTN. Pernahkan kamu merasa cucuran keringatmu sia-sia? Tetesan air mata kekhusyukan doamu tidak berguna? Merasa orang lain yang terkadang terlihat tidak biasa saja malah lebih beruntung dari kita?
Kekecewaan yang dirasa memang menjadi hal yang wajar, tangisan yang keluar menunjukkan betapa lemahnya hati dan diri kita di hadapan Yang Maha Kuat. Kembalilah kepada Allah, adukanlah apapunn yang kita rasakan kepada-Nya. Tidak mudah bagi-Nya mengubah isak tangis menjadi senyum manis, itu kata Febrianti Almeera, penulis buku Jalan Hijrahku. Tetapi, terlarut dalam kesedihan itu bukan sikap yang benar. Terlarut dalam kesedihan akan membelenggu hati kita ke dalam kekufuran. Allah berfirman dalam Q.S. Ibrahim (14:7), “Barang siapa yang bersyukur atas nikmat-Ku pasti akan aku tambah nikmat-Ku kepadamu tetapi barang siapa yang kufur maka nikmatku sangat pedih.”
Memang tidak mudah menerima dan bersyukur dengan kekecewaan yang kita rasakan. Tekanan yang datang terkadang membuat kita semakin merasa di bawah dan terpuruk. Padahal, tekanan dan ujian kehidupan itu adalah langkah untuk mencapai pencapaian. Analoginya seperti bola basket, bola basket jika ditekan sekali maka akan menghasilkan pantulan yang kecil. Semakin besar tekanan dan semakin sering mendapat tekanan, maka akan semakin tinggi pantulan. Sama seperti hidup, semakin besar dan sering tekanan dan ujian itu datang, semaki tinggi pencapaian kita di masa depan.
Suatu saat nanti, apa yang kita sesali hari ini akan jadi yang sangat kita syukuri. Namun, setiap orang memiliki sikap yang berbeda dalam menyikapi rasa kecewanya dan waktu yang berbeda dalam menyukurinya, itu tergantung tingkat keimanannya. Semakin tinggi iman seseorang, semakin dia cepat menyukuri kekecewaan yang sekarang dia rasakan, karena dia yakin dengan ketentuan Allah dan yakin sebaik-baik apapun skenario yang kita recanakan, hanya Allah yang lebih pantas menilai dan memutuskan skenario terbaik untuk kita.
Suatu hari, beberapa rekan saya pernah curhat dan berkata:
“Semenjak gagal SNMPTN hidup aku berubah aku jadi lebih rajin”
“Aku sekarang jadi tobat, aku jadi ngerti sama yang namanya ikhtiar”
“Aku bersyukur gak lolos, aku jadi punya temen hijrah”
“Emang rencana Allah itu indah ya, dengan kegagalan sekarang aku jadi menghargai setiap perjuangan”
“Coba aku lolos SNM, kayaknya aku gak seproduktif sekarang”
“Euh pas gagal SNM tuh, galau banget. Tapi pas lagi galau tuh ibadah sama Allah semakin khusyuk.”
Subhanallah, selalu ada hikmah dibalik kekecewaan yang kita rasakan sekarang. Padahal, pantaskah rencana terbaik-Nya kita jadikan sebuah kekecewaan dan kegagalan? Tetapi betapa sayangnya Dia, meskipun rencananya kita judge sebagai kegagalan bagi kita, Dia tetap memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya. Apalagi jika kita langsung bersyukur dengan segala ketentuan-Nya. Allah berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah (3:152) yaitu,”Ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingatmu. Dan bersyukurlah kamu kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari-Ku.”
Ingatlah kisah Tsalabah pada zaman Rasulullah, seorang yang sederhana dan tekun ibadah yang akhirnya menjadi kufur setelah Allah berikan kekayaan dan kenikmatan dunia kepadanya. Dia lupa diri dengan kebahagian fana dan harta yang berlimpah. Ketamakan akan hartanya membuat Allah menarik kembali seluruh kekayaannya hingga Rasulullah dan para khalifah tidak menerima taubat Tsalabah hingga ia meninggal. Naudzubilla himindzalik. Sedangkan, tahukah kamu seorang sufi yang sangat senderhana yaitu Rabi’ah Adawiyah yang menjalani hidupna dengan sangat zuhud dan hanya bergantung kepada Allah. Selama hidupnya dia sangat sederhana, tinggal di gubuk kecil, dia tidak pernah mau menerima iba dari orang lain. Hingga sampai akhir hidupnya dia sangat dicintai oleh banyak orang karena kezuhudan dan keshalehannya. Masyaallah.
Itulah penggalan kisah yang selalu ada hikmah. Allah tidak akan menurunkan kekecewaan kecuali ada kebaikan yang akan didapat. Meskipun Allah itu tidak selalu memberikan yang kita inginkan, tetapi Allah memberikan yang kita butuhkan. Mengapa yang kita inginkan selalu terkadang tidak sesuai dengan skenario-Nya?
- Ujian
Ujian adalah bentuk tantangan kehidupan bagi orang yang beriman. Jika kamu sudah shalat tepat waktu, tetapi Allah turunkan kesedihan maka itu ujian. Jika kamu sudah rajin bangun malam untuk tahajud, tetapi Allah turunkan kekecewaan , maka itu ujian. Jika kamu sudah rutin shalat dhuha, tetapi Allah belum turunkan rezeki, maka itu ujian. Jika kita sudah hijrah, tetapi nasib buruk masih melanda, maka itu ujian. Ujian untuk menguji seberapa besar iman kita. Allah berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah (3:286) yaitu,” Allah tidak akan membebani hamba-Nya melainkan sesuai kesaggupannya.Ia mendapat pahala (dari kebajikannya) yang diusahakannyadan ia mendapat siksa (dari kejahatannya)…….”
Setiap ujian seyogyanya tidak hanya dijadikan keluhan kepada-Nya, tetapi kita jadikan bahan introspeksi bagi diri kita. Jika kita sudah rajin ibadah, tanyakanlah hati kita bagaimana niat kita ibadah. Jika kita sudah hijrah, tanyakanlah apakah hati kita masih riya untuk berhijrah.
Allah menurunkan ujian untuk menguatkan hati kita dan mengkokohkan iman kita. Maka Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang bisa melalui ujian dengan sabar dan tetap istiqomah di jalan-Nya.
- Adzab
Adzab adalah peringatan bagi orang yang kafir. Allah menurunkan adzab agar manusia bisa kembali ke jalan yang lurus. Dengan adzab yang Allah turunkan di dunia ternyata Allah masih mengharapkan kita taubat dan kembali kepada-Nya. Jika setiap keinginan yang kita usahakan selalu saja gagal, maka introspeksilah mungkin Allah ingin kita hijrah secara kaffah. Karena, hijrah adalah salah satu hal yang sangat berkontribusi dalam usaha kita. Usaha belum dikatakan benar-benar berusaha jika belum hijrah. Mengapa? Mengenai hal ini akan dibahas pada artikel selanjutnya.
- Istidraj
Istidraj adalah saat Allah mengulur-ngulur waktu diturunkannya adzab, ini yang berbahaya. Allah tidak menurunkan ujian, cobaan, kesedihan dan hidupnya selalu mulus. Allah turunkan keberhasilan, malah tidak bersyukur. Allah turunkan kebahagian, malah kufur. Allah berikan kekayaan, malah takabur. Naudzubillahimindzalik. Allah tidak memberikan peringatan di dunia tetapi menyimpannya sebagai siksa di neraka. Maka, janganlah terlalu bahagia jika hidupmu mulus, tanpa beban, tanpa tantangan. Sebuah nasihat taqwa mengatakan,”Jika kamu menempuh jalan yang benar maka kamu akan merasa sulit, jika kamu merasa mudah mungkin kamu salah jalan.” Wallahu’alam bisshawab.
0 Komentar